Guru ngajiku



Guru ngaji saya jaman saya kecil sangat sederhana tapi asik , bisa diajak gaul. Jaman dulu gaulnya ya nonton unyil di tvri pd minggu pagi. Bisa lho beliau diajak nonton unyil dulu baru setelah itu mengajarkan kami mengaji. Itupun setelah ayah turun tangan mematikan tv karena setelah unyil kami ajak nonton yg lain lagi .

Bagiku beliau luar biasa sabar, mau membimbing kami ber 4 dari yg tidak kenal huruf sampai bisa membaca al Quran. Ngga mudah ya rasanya jaman now menemukan guru spt beliau, yang bs diajak nonton little pony atau pororo atau tayo sebelum mulai ngaji. Yang ada pasti kita nya yg dipelototin.

Guru ngaji kami berikutnya semasa smp adalah bapak ustadz asal betawi yang seru punya. Lidi selalu siap ditangannya, tentu fungsinya untuk memukul jari kami jika ada kesalahan membaca ikhfa ,idhghom bighunnah, idghom bilaghunnah. Tapi apakah kami memukul balik seperti anak jaman now ? Tidak mungkin , krn jika kami mengadu kpd orang tua bisa dipastikan kami kena 2 kali pukulan lidi, dari pak ustad dan dr ayah kami.

Pernah suatu saat karena belum hapal hukum2nya saya sembunyi di kolong meja saking takutnya. Bukannya ditolong sm mama, malah cuma senyum aja melihat saya ngumpet sambil menunduk menawarkan tahu panas yg baru digoreng. "Mau ? Biar ngga kelaparan di kolong meja" kata mama ðŸ˜„😄😄


Saat SMA sampai kami menikah ayah mengganti guru kami.  Karena kebutuhan materi memang berbeda . Ustad Nursalim namanya. Lebih kepada  menjadi teman. Materi baca Quran tetap diajarkan namun materi FIqh, Siroh, Tauhid juga tidak dilupakan. Bisa lho kami curhat pada pak Ustadz, curhat tentang pertemanan, curhat tentang masalah di sekolah , protes sm keputusan ortu, sampai curhat tentang pekerjaan, rasa2 jatuh cinta dan akhirnya permasalahan memutuskan jodoh. Hihihi....MasyaAllah ya

Ustad Betawi dan Ustad Nursalim beliau sudah wafat, tapi kami masih merasakan manfaatnya sampai sekarang. Luar biasa ya pahala beliau..mengalir terus . Yang luar biasa lagi adalah ayah dan mama,  menunaikan kewajibannya mengajarkan Tauhid , mengenalkan Allah pada kami anak anaknya dengan mendelegasikannya  pada ustad ustadzah yang super.

how about us ?

# Karena menulis menjadi pemantik optimalisasi diri


Comments

  1. Masya Allah.... masa kecil yang indah ya mba. Semoga anak2 kita juga punya kenangan yang sama ttg guru ngaji mereka.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kala bersepeda

Rindu Rasul