ARAFAH - MINA
Arafah Mina
Blast......ban bis yg kami tumpangi meledak kencang ditengah kemacetan dari Arafah menuju mina melewati Muzdalifah. Semua jamaah beristighfar. Pembimbing berdiskusi sesaat, keputusan harus segera diambil mengingat waktu yg terbatas. Bis pengganti tak mungkin bisa di usahakan ditengah kemacetan mobil dan jamaah yg berjalan kaki.
Akhirnya pembimbing kami pun memutuskan jamaah mau tdk mau hrs berjalan kaki dari Arafah menuju mina, tak ada yg tau brp lama kami hrs berjalan.
Keikhlasan atas ketentuan Rabb Sang penentuk takdir menjadi keyakinan kuat kami utk menjalaninya. Seorang nenek berusia 86 tahun menjadi pikiran para jamaah. Pembimbing membuat kelompok2 karena dirasa agak crowded jika 1 bus hrs berjalan bersama2 ditengah keramaian jamaah. Si mbah pun dikelompokkan bersama saya dan suami juga pembimbing jamaah.
Kami susuri jalan arafah menuju muzdalifah. Labbaik Allahumma Labbaik...hanya itu lantunan yg keluar dr mulut kami. Sesekali air mata menetes, bukan karena lelah...bukan karena kecewa karena hrs berjalan kaki... tp lebih karena ruhiyah yg memuncak. Berjalan bersama2 seluruh jamaah dr seluruh negara di Dunia.
Entah sdh berapa jam berjalan. Si Mbah alhamdulillah masih kuat, sesekali kami istirahat , duduk di pinggiran trotoar, setiap kami duduk ada saja yg mmberikan kami makanan dan minuman. Ukhuwah .....Islam terasa indah .
Sampai di muzdalifah...beristirahat bermalam di bawah langit bersama jutaan jamaah. Dinginnya tanah haram di bulan Januari tak terasa karena ramainya jamaah. Kerikil2 kecil pun kami cari sambil meneteskan air mata mengingat perjuangan Ibrahim menegakkan ketaatan dlm dirinya.
Membayangkan bagaimana kerikil2 itu dikumpulkan utk kemudian menghalau makhluk yg mengganggunya utk menyembelih anaknya sendiri...Ya Rabb...
Bermalam beratapkan langit sambil membayangkan perjalanan menuju mina yg entah brp lama lagi harus kami susuri. Pembimbing selalu memotivasi kami utk tetap semangat. Untuk tidak pernah menyesali bis yg tdk bs mengantarkan kami. Untuk meyakinkan kami bahwa taqdir Allah adalah yg terbaik.
Perjalanan kami lanjutkan , erat kami berpegangan tangan, kadang sama suami, kadang bergantian dgn si mbah... "mbah.. kita kuat ya mbah..."kataku smbil berpegangan erat.
"InsyaAllah neng" kata si mbah
Hari makin malam, peluh lelah makin terasa, kaki sudah terseok2 rasanya, menyusuri jembatan2 megah dan masjid namira di sebelah kanan...lantunan labbaik Allahumma labbaik..membuat semangat kembali muncul...
Banyak hal yg kami temui sepanjang perjalanan muzdalifah mina, sepasang jamaah haji non kuota mengikuti kami meminta masuk rombongan kami. Lelah itu semakin menjadi....air mata meleleh lagi, memohon kekuatan kpd Nya utk menepis lelah...air minum kusiram diatas kepala...ya Rabb...terasa sangat komunikasi ku dgn Sang Khalik begitu dekat...seolah ada usapan hangat menyapa qalbuku..."hambaKu bersabarlah ..." dan aku kembali menangis
Tak terasa sdh 6 jam kami berjalan........
MasyaAllah.....
Dari kejauhan Tugu jamarat dan tenda2 mina sdh terlihat...aku menangis deras, sambil memegang erat tangan suami dan si mbah, kami pun sedikit berlari kecil menuju jamarat...hanya iman yg memuncak kami rasakan.
Mbah menangis tersengguk2..."neng...kita sampai..kita lempar jumroh.."
Kami datang Ya Allah....
hatiku tercekit........
Rabb...kami datang memenuhi panggilanMu....
air mata semakin deras.....labbaik Allahumma labbaik
Segala lelah..segala rasa ...segala sedih...segala tangis....hilang sempurna sesaat setelah kami lempar kerikil2 yang mewakili nafsu kami ... ..
Bismillahi Allahu Akbar..
Comments
Post a Comment